Senin, 23 Agustus 2021

Aku Hanya Memanggilmu, Bapak !

Jumat, 6 Agustus 2021 adalah hari terberat dalam hidupku, karena aku kehilangan sosok orang yang amat kucintai, separuh jiwaku, cinta pertamaku yaitu Bapakku. Berat sekali rasanya aku ditinggalkan oleh orang yang tidak pernah meninggalkanku sedikitpun selama 32 Tahun. Apalagi aku adalah anak satu-satunya.

Aku, Fahry dan Bapakku terkonfirmasi covid pada tanggal 25 Juli 2021. Aku tidak tau, kami tertular darimana. Mungkin bagi aku dan Fahry, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang berat, tapi tidak dengan bapakku. Ketika bapakku tau bahwa beliau positif covid, beliau langsung diam, tak sedikiitpun kata-kata keluar dari mulutnya seakan benda tajam menghujam jantungnya, namun banyak yang ia pikirkan. Bagaimana bisa kami positif covid, bagaimana kedaan anak-anaklu, bagaiman kami bisa melewati ini semua? akankah kami meninggal karena penyakit ini? itulah sebagian kecil mungkin yang ada dipikirannya. "fikirku.

Seketika itu juga tubuhnya langsung kaku tidak bisa digerakkan. Punggungnya sakit katanya. Bapakku memang memiliki riwayat penyakit saraf kejepit yang sudah lama tidak pernah kambuh lagi. Namun, apakah covid menyerang secepat ini dan bisa mengubah fisik seseorang secara drastis? 

Tiga hari berlalu, aku dan fahry sudah mulai membaik,namum aku masih kehilangan indra penciuman. BIsa dibilang fahry mengalami gejala ringan, aku sedang dan bapakku mengalami gejala berat. Berangsur-angsur, tubuhku dan Fahry mulai pulih, penciumankupun sudah mulai kembali.

Lalu bagaimana kedaan bapakku?

Bapakku mengalami demam dan batuk. Aku beri Paracetamol dan Favipiravir. Namun setiap minum, beliu selalu tersedak. Aku tidak tau rasa sakit apa yang ia rasakan, karena semenjak postifi covid, bapakku hanya banyak diam. Bapakku juga hanya sedikit makan dan tidak mau berjemur karena  pinggangnya sakit jika dipakai untuk berjemur. Akhirnya aku membelikan nya kursi roda. Bapakkupun tidur di ruang TV, agar kami dapat mendengar ketika bapak memanggil ingin diantar ke kamar mandi. Setiap hari kami cek saturasi oksigennya bagus, namun tubuhnya semakin lemah. Mungkin karena bapakku tidak mau makan. "fikirku. Saat itu beliau masih bisa berjalan ke kamar mandi, walaupun langkahnya berat dan harus kami papah. Dan beliau selalu mengucapkan istighfar sambil menahan rasa sakitnya. Setiap pagi, aku selalu mengelap tubuhnya dan mengganti pakaianya agar bapakku merasa nyaman dan bersih.

Akupun sedih melihat kondisi bapakku, kalo saja aku bisa menukar rasa sakitnya, biar aku saja yang merasakanya. Tiap malam aku selalu menangis dan berdoa sambil memandangi wajah bapakku yang sedang tertidur. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit ayahku, angkatlah penyakitnya, kembalikan kesehatan ayahku seperti sedia kala, karena aku tidak tega melihat ayahku merasakan sakit setiap hati. Berikalanh aku waktu untuk terus bersamanya dan membahagiakannya. Jangan ambil ayahku, Ya Allah.. 

Saat sakit, bapakku pernah minta dibuatkan telur kukus, ya telur kukus adalah makanan kesukaannya. Dan itu adalah permintaan terakhirnya kepadaku. Dan bapak aku selalu membuat telur kukus dengan irisan tomat. Karena saat itu kami semua sedang isoman dan tidak ada tomat di rumah, aku hanya membuatkan telur rebus dengan irisan bawang merah dan putih serta sambal. Kalau saja aku tau itu adalah permitaan terakhirnya, pasti akan aku carikan tomat kemanapun.

Hari demi hari berlalu kedaan bapakku tak kunjung membaik, badan nya semakin lemah. Bahkan kini bapak mnegalami sesak nafas. Akhirnya kami berikan oksigen ketika bapak sesak dan aku meminta obat sesak nafas ke puskesmas. Tiga hari menjelang kepergianya, bapakku selalu tertidur pulas dan selalu mendengkur. Dan kondisi bapakku saat ini sudah tidak bisa berjalan ke kamar mandi. Nafsu makan bapak juga makin menurun. setiap pagi hanya sarapan sari gandum 2 buah, makan jeruk dan beberapa sendok nasi. Dan setiap makan, bapakku sellau batuk. Aku tidak tau apa yang mengganjal di tenggorokan nya. Seandainya, aku dpata merasakan apa yang iya rasakan. Beberapa kali bapakku mau ketika aku suapin jeruk. Bahkan saat ini mgkn hanya air dan makanan halus yang bisa masuk ke tubunya. Namun aku selalu memaksanya untuk makan nasi agar bapak punya sedikit tenaga.

Setiap hari aku selalu mendoakan bapakku. Namun kali ini doaku berbeda. JIka Engkau mengijinkan ayahku sembuh, maka sembuhkanlah. Namu jika kau berkehendak lain, maka berikan;ah yang terbaik untuknya. Karena aku tidak tega melihat ayahku merintih kesakitan, tidak bisa makan dan tidur nyenyak. Kalo aku jadi bapakku pasti aku juga tidak akan kuat merasakan sakitnya.

Kamis, 05 Agustus 2021

Hari ini bapakku mau berjemur menggunakan kursi roda. kau sennag, akeran aku lihat keadaan bapak sudah mulai membaik. Ini kedua kalinya bapak mau berjemur. Setelah bberjemur, aku potong kuku kakinya yang panjang dan Fahry Mencukur brewoknya. Aku tidak tau kalo itu adalah pertanda bahwa bapak akan berpulang besok.

Menjelang malam hari, nafas bapak makin sesak, bahkan kali ini bapak tidak bisa tidur telentang. Bapak hanya bisa tidur sambil duduk. sesekali kami pasangi oksigen untuk membantunya bernafas..Malam itupin aku tidak bisa tidur di kamar. Aku temani bapakku tidur disampingnya di kursi. Kami sama2 terlelap ssebentar.  

Menjelang subuh, nafas bapak makin sesak. Setiap kami pasangi tabung oksigen, bapak selalu melepasnya. Bapak sudah mulai tidak sadar dan tatapannya koosong, terus melihat ketas entah apa yang dia yang lihat. Ucapan Astagfirullah dan Lailahaillah masih keluar dari mulutnya. Saat fahry melantunkan kalimat syahadatpun, bapak masih bisa mengucapkannya. Fahry bergegas memanggis dokter didekat rumah, namun karena dokter tak kunjung datang, kami ingin langsung mebawa bapak kami ke rumah sakit. Kini bapak sudah mulai tidak sadarkan diri, walaupun matanya masih menatas keatas. Tadinya aku tidak yakin bahwa bapakku sedang menghadapi syakaratul maut, aku masih berharap bapakku akan sembuh. Namun kali ini aku pasrah, aku tidurkan bapak dipangkuanku dan aku bisikkan syahadat ditelinganya, aku ikhlas pak. Saa itu bapak masih mengucapkan Lailahaillaah dan masih ada detak jantungnya. kau masih berharap bapak akan bangun kembali.

mama dan tetanggaku terdekat memberikan semangat untuk bapakku.

Kuat, Pak..Kuat "Kata Ibuku

Kuat Pakde..Kuat...."Kata Tetanggaku

Sesaat kemudian dokter datang dan memeriksa kondisi ayahku langsung menekan jantungnya. Saat itu detak jantungnya dan denyut nadinya masih ada, badannyapun masih hangat. Namun dokter berkata ini hanya menunggu waktu. Akupun tertegun dan tak bisa berkata apa-apa, aku mash tidak percaya bahwa ayahku telah tiada. 

Dokter menyarankan agar ayaku tidak dibawa ke rumah sakit jika tidak ingin dimakamkan dengan protokol covid. Sesaat itu tetangga dekat mulai datang. Tubuh ayahku mulai ditidurkan di sofa. Sementara yang lain membereskan barang-bangun di ruang tamu, aku menelfon saudara2 bahwa ayahku sudah meninggal. Kali ini airmataku sudah tidak terbendung lagi, siapapun yang aku kabari kematian ayahku, aku selalu menangis. Lalu aku memberitahu ibuku yang sedang terbarik sakit dikamar bahwa bapak telah tiada. Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupku aku menyaksikan syakaratul maut.

Ya. Hari itu Jumat, 06 Agustus 2021 pukul 09.00 ayahku Bpak Tiyoso Bin Noyokromo telah berpulang ke Rahmatullah

Tidak lama kemudian mulai terdengar pengumuman dimushola dekat rumahku yang mengabarkan kematian ayahku. Bendera kuning mulai dipasang, jenazah bapakku mulai dipindahkan ke ruang tamu. Tetangga dan saudara mulai berdatangan silih berganti mengucapkan belasungkawa. Sedangkan aku masih duduk tertegun disampingnya sambil memandangi wajahnya yang sudah terbujur kaku, karena ini adalah saat terakhir aku bisa melihatnya. Aku pandangi wajahnya dan kali ini tubuhnya sudah pucat dan dingin. Kupandangi wajah yang lelah dan renta itu, aku usap kepalanya, lalu aku kecup keningnya. 

Lalu ayahku dimandikan, tubunya putih, bersih, dan tersenyum tipis. Begitu bahagianya ayahku bertemu dengan penciptanya, bertemu dengan Rabbnya, bertemu denganmu ya Allah. Hilang semua sakit yang selama ini beliau rasakan, hilang semua beban yang selama ini dipikulnya. Wajahnya teduh dan tenang. 

Lalu jenazah ayahku mulai dikafani dan aku melihat untuk terakhir kalinya. Masya Allah, senyum yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Wajahnya yang bersih, putih, teduh,ganteng dan terlihat lebih muda. sebegitu bahagianya bapak menghadap Sang Khalik, melepaskan semua bebn adna mekhilaskan apa yang dimilikinya di dunia.

Tiba sudah ditempat peristirahatan terakhir bapak. Lubang sudah di gali, jenzah mulai diturunkan perlahan oleh mensntu dan keponakan bapak. ke liang lahat.Tubuhnya yang dulu berat kini menjadi ringan, bahkan wajahnya bersih dan tampan.. Masya Allah pak..begitu indahnya akhir hidupmu..

Setelah selesai berdoa, satu persatu mulai meninggalkan pemakaman, hanya aku dan beberapa keluarga dekat yang masih  menemanimu. Aku pamit ya, Pak! nanti aku kesini lagi. Kata -kata terakhir yang aku ucapkan diatas pusaramu. Perlahan ku mulai meninggalkan area pemakaman sembari sesekali menengok kebelakang sambil menyeka air mata.

Ya Allah ayahku sendirian di liang lahat. Tidak ada yang menemani ayahku kecuali amal ibadahnya dan doaku yang tak pernah putus untuk nya. 

Setibanya di rumah, kami mempersiapkan acara tahlilan. Saat itu masih banyak kerabat yang datang untuk takziyah. Ketika acara tahlilaln selesai, satu persatu keluarga dan tetangga mulai pulang. Dan disitulah aku mulai merasa kesepian. Mulai merasa kehilangan sosok yang begitu aku cintai..Merasakan kehilangan yang amat terdalam, bahakan hingga hari ini pun aku masih suka menangis mengingatmu pak..

Hanya doa yang bisa kupanjatkan dan lantunan alquran yang aku hadiahkan untukmu pak..semoga engkau tenang di alam sana. Semoga Allah menerima amal ibadahmu, melapangkan kubumu, mengampuni segala dosa-dosamu, memberikan tempat terbaik untukmu, dan memberikan kekuatan serta keihklasan kepada kami yang ditinggalkan...Amiin