Selasa, 15 April 2014

Tersimpan Sejuta Kekuatan dibalik kelembutan seorang ibu

Enam puluh dua tahun silam, lahirlah seorang malaikat cantik kedunia. Dialah ibuku, yang dengan kedua tanganya mampu merawat dan mengasuhku hingga aku dewasa kini. Dulu aku sangat takut dilahirkan ke dunia. Kata orang, di dunia banyak sekali orang jahat. Namun, dengan kelembutan dan kasih sayang seorang ibu, mampu meyakinkanku bahwa aku dijaga oleh seorang malaikat yang bernama ibu. Dialah malaikat itu, ya ibuku. Yang selalu menjagaku siang dan malam, sosok yang takkan pernah membiarkan aku menangis dan seseorang yang selalu berada disampingku, yang tak pernah lelah mengajariku walaupun aku bodoh. Dengan kedua tanganya, dia mengajariku berjalan, menulis, membaca hingga aku menjadi pintar. Tak pernah sedetikpun dia meninggalkanku.
Kini ibuku usianya sudah tak lagi muda. Sudah mulai tampak kerutan di dahi dan pelipis matanya. Badannyapun sudah tak lagi sekokoh dulu yang mampu menggendong dan mengangkatku ketika ku terjatuh. Wajahnya mulai pucat, badannya nampak terlihat kurus. “Ibu sakit?“tanyaku. Tidak, Aku hanya sedikit lelah, Aku hanya ingin sejenak beristirahat”. Begitu katanya. Kata-kata ini yang selalu membuatku berlinang air mata setiap ku tatap wajahnya. Ketika ibuku tertidur lelap, aku selalu memandangi wajahnya sambil berlinang air mata.” Ibuku sudah tua” kataku dalam hati.
Suatu pagi ibuku menangis, akupun ikut menangis walaupun aku belum tau apa penyebabya. Aku adalah orang yang paling tidak bisa melihat orang lain menangis, apalagi yang menangis adalah ibuku. Beberapa hari terakhir, nafsu makan ibu berkurang dan ibu selalu mengeluarkan air liur bercampur dengan darah. Ibuku memang sudah lama mengalami gangguan pencernaan, namun ibuku tidak pernah bercerita tentang penyakitnya. Ia selalu tersenyum dan menunjukkan kepada semua orang kalau dia dalam keadaan sehat. Tanpa berpikir panjang, aku dan ayah langsung membawa ibu ke dokter spesialis penyakit dalam yang memang sudah menjadi dokter langganan ibu. Dokter mengharuskan ibuku dirawat, karena dehidrasi dan luka lambung akut. Rasanya bagai disambar petir disiang bolong mendengar ibuku harus dirawat, tapi ini semua demi kebaikan ibu. Apapun akan aku lakukan demi kesembuhan ibu agar ibu bias beraktivitas seperti dulu lagi. Dulu ibu pernah melakukan 2 kali operasi, sesar dan usus buntu. Hampir semua rumah sakit di Jakarta pernah ia masuki, mulai dari RS. Cipto Mangunkusumo, RS. Harapan Bunda, RS. Simpangan Depok, RSUD Pasar Rebo dan kini ibuku menjalani rawat inap di Rumah Sakit Sentra Medika. Setelah menjalani rawat inap selama 10 hari, akhirnya kedaan ibu mulai membaik. Badanya sudah mulai berisi kembali akibat asupan infus dan obat-obatan yang diberi dokter. Alhamdulillah, akhirnya dokter mengijinkan ibuku pulang.
Aku sangat bahagia sekali karna aku dapat berkumpul bersama ayah dan ibuku lagi. Aku adalah anak satu-satunya di keluargaku. Kini saatnyalah aku yang merawat mereka, membalas jasa-jasa mereka walaupun aku tau dengan cara apapun aku tidak akan dapat membalas jasa-jasa mereka tapi aku akan berusaha membuat mereka bahagia melebihi kebahagiaanku. Aku selalu berdoa kepada Allah SWT agar selalu menjaga ayah dan ibuku di saat aku tidak berada disampingnya. Dan aku meminta agar kedua orang tuaku diberi umur panjang dan aku diberikan kesempatan untuk membahagiakannya. Amin