Tanah airku tidak kulupakan.
Kan terkenang selama hidupku.
Biarpun saya pergi jauh.
Tidak kan hilang dari kalbu.
Tanah ku yang kucintai.
Engkau kuhargai
Sepenggal lagu yang sering dikumandangkan
ketika saya duduk dibangku sekolah dasar.
Ah, rasanya saat ini sudah jarang sekali
saya mendengar lagu itu. Saya merindukaan saat-saat duduk dibangku sekolah
dasar,
Setiap hari senin kami melakukan upacara
kenaikan bendera, dimana kelas V dan VI yang menjadi petugasnya secara
bergantian. Kami selalu menyanyikan lagu-lagu nasional hingga lagu tersebut
melekat dihati kami sehingga menambahkan kecintaan kami terhadap tanah air Indonesia.
Saat dikelas kami diajarkan lagu-lagu daerah dan kami diperintahkan untuk menyanyi di depan kelas. Kami belajar dengan sungguh-sungguh untuk
mendapatkan prestasi dikelas. Sore hari saatnya bermain dengan teman-teman
dirumah.
Kami hanya mengenal permainan tradisional
diantaranya :petak umpet, benteng, kelereng, lompat tali, ular naga, engklek,
congklak, bekel, gasing, layangan,
monopoli, dll.
Kami sangat merindukan masa-masa dimana kami tidak mengenal gadget, internet, dll.
Sungguh masa kecil kami begitu
menyenangkan. Sebelum maghrib kami sudah harus mandi dan pergi mengaji. Malam
hari kami mengerkan PR sekolah. Jarang sekali kami menonton TV kecuali di hari
libur.
Begitulah kesibukan kami ketika duduk
dibangku kelas 1-4. Menginjak kelas 5, kami mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
Pramuka. Melalui kegiatan pramuka, kami dapat memetik banyak ilmu mulai dari
kekeluargaan, nasionalisme, kebersamaan, dll.
Menginjak kelas 6, kami harus benar-benar fokus belajar, rasanya tak ada waktu lagi untuk bermain karna kami harus
menghadapi ujian nasional dan kami dituntut untuk masuk ke sekolah negeri.
Belajar dan mengaji menjadi kegiatan prioritas kami sehari-hari. Dukungan dari
kedua orang menambah semangat kami dalam menuntut ilmu agar kami menjadi insan yang
berguna bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat, agama, bangsa dan negara kami.
Inilah sepenggal cerita masa kecil kami
yang begitu menyenangkan tanpa mengenal gadget kami mampu mencetak prestasi dan menjadi kebanggaan bagi
orang tua kami melalui prestasi yang kami raih.
Namun miris jika kita melihat kondisi
anak-anak saat ini, dimana budaya sudah mengalami pergeseran. Anak-anak saat
ini tidak lagi mengenal permainan tradisional, mereka lebih memilih bermain
game online dan Play Station. Nilai kekeluargan dan kebersamaan kini tidak
terlihat lagi dimata anak-anak. Mereka hanya mementingkan kesenangan semata.
Terkadang mereka lupa waktu sampai mereka melupakan ibadah dan tugas mereka
sebagai pelajar yaitu belajar. Terkadang mereka berbohong kepada kedua orang
tua mereka agar diijinkan untuk keluar rumah. Terkadang mereka mencuri uang
orang tua mereka untuk bermain internet dan PS.
Terlalu naïf jika saat ini masih ada
anak-anak yang bermain permainan tradisional namun dianggap kuno oleh
teman-temannya. Padahal kalo bukan kita yang melestarikan permainan
tradisional, lalu siapa lagi?permainan tradisional akan lekang di makan waktu
dan akan menjadi barang usang yang tersimpan digudang dan enggan disetuh oleh
anak-anak sekarang.
Menginjak masa remaja, disaat sebagian
siswa sibuk belajar mengisi kemerdekaan, masih banyak kita temukan anak-anak
yang tawuran, minum-minuman keras, menggunakan narkoba dan pergaulan bebas.
Padahal banyak sekali
anak-anak yang putus sekolah, yang setiap hari mengamen dijalanan, atau menjadi
peminta-minta. Banyak anak putus sekolah yang tidak bisa melanjutkan pendidikan
karena terbatasnya biaya sekolah. Namun banyak juga anak yang masih bisa
sekolah karena kemampuan orang tua mereka, tapi mereka tidak memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya. Mereka menggunakan uang dan kepercayaan orang tua mereka
untuk berfoya-foya agar mereka naik kelas dihadapan teman-teman mereka.
Kepopuleran dan kekayaan menjadi prioritas utama mereka. Ketika belajar hanya dijadikan
kegiatan sampingan mereka.
Ketika kita sudah lulus kuliah, banyak dari
kita yang memiliki kecerdasan tinggi memilih untuk bekerja di perusahaan asing
/ di luar negeri dengan iming-iming gaji yang tinggi dari pada mengabdi di
tanah air tempat mereka dilahirkan. Terkadang mereka lupa darimana mereka
berasal? Dimana mereka dilahirkan? Dimana mereka mencari nafkah dan menuntut
ilmu ? Dinegeri inilah mereka di lahirkan, di Negeri Indonesia yang mereka
cintai. Harusnya mereka membangun Negara ini menjadi Negara maju yang mampu
bersaing dengan Negara-negara lain di kancah internasional.
Jarang sekali dari mereka yang mau bekerja
mengabdikan dirinya untuk negeri yang kita cintai. Mungkin sebagai Pegawai
Negeri Sipil yang melayani masyarakat atau membuka usaha industri kreatif
produk Indonesia yang dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
sehingga Indonesia memiliki kekuatan untuk menujukkan taringnya. Sehingga
Indonesia disegani dan tidak dipandang sebelah mata oleh Negara manapun.
Kalo sudah begini siapa yang dapat kita
salahkan?????
Presiden kah???
Orang tua kah???
Atau diri kita sendiri kah ????
Dalam hal ini kita tidak dapat menyalahkan siapapun
karena diri kita lah yang berperan dan bertanggung jawab terhadap diri kita
sendiri. Bagaimana caranya kita mampu mencetak generasi muda Indonesia yang
cinta terhadap negaranya. Peran orang tua juga sangat penting dalam tumbuh kembang
anak. Karena di keluargalah tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan Mereka akan melakukan apa
yang dicontohkan oleh kedua orang tua mereka. tanamkan kecintaan mereka terhadap tanah air sejak dini. Lingkungan juga berperang penting
dalam mencetak generasi muda yang cinta terhadap negaranya. Pendidikan agama
juga perlu diberikan kepada anak sejak dini. Lingkungan tempat tinggal juga
memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Mak dari itu, perubahan harus
dimulai dari diri kita sendiri. Karena kalo bukan kita yang mencintai negeri
ini, lalu siapa lagi???
Aku bangga menjadi Anak Indonesia
Depok, 13 Agustus 2015
untuk bagian yang lebih mau bekerja d luar negeri sih manusiawi, soalnya fasilitas di indonesia tidak mendukung anak-anak bangsa yang berprestasi, dan d luar sana fasilitas itu ada
BalasHapus