Pasca covid tanggal 25 Juli 2021 lalu sampai saya harus kehilangan orang yang paling saya cintai pada 6 Agustus 2021, sangat mengubah hidup saya. Saya benar-benar belum pernah merasakan sakit seperti ini. Sakit yang tidak ada obatnya. Kesedihan yang begitu mendalam.
Kehilangan bapak saya membuat hidup saya berubah 180 derajat. Dan pertama kali juga saya menyaksikan sakaratul maut di depan mata saya. Sejak itu, saya mulai berpikir, tidak ada yang patut dibanggakan didunia ini, tidak ada yang akan kita bawa ke alam kubur kecuali amal jariyah. saya ingin menyumbangkan semua yang saya miliki di dunia ini, karena tidak tahu kapan saya akan dipanggil oleh Allah SWT.
Kematian benar-benar mengajarkan saya bahwa semua ini hanya titipan. Harta, benda, keluarga semua akan kita tinggalkan. Tidak ada yang menemani kita di alam kubur kecuali amalan kita. Belum lagi kita tidak tau sakitnya sakaratul maut seperti apa.kita juga tidak pernah tau apakah di akhir hidup kita bisa mengucapkan syahadat atau tidak? Semua kembali kepada apa yang kita lakukan di dunia.
Kepergian ayah saya merupakan pukulan terberat dalam hidup saya. Saya seperti dilemparkan ke palung terdalam. Saya merasa belum siap kehilangannya, saya merasa belum cukup merawat dan membahagiakannya.Sempat berfikir juga saya ingin mengikutinya karena saya selalu ingin berada disampingnya. Saya tidak ingin meninggalkannya sendiri, saya ingin menemaninya disana seperti bapak yang selalu menemani dan tidak pernah meninggalkan saya.
Tapi fikiran saya salah, saya masih memiliki ibu yang masih hidup yang harus saya urus, yang masih membutuhkan saya. Dan saya yakin takdir Allah adalah yang terbaik. Saya sayang bapak saya, tapi ada yang lebih berhak dan sayang sama bapak. Bapak bukan milik saya, tapi milik Allah.
Saat ini, saya dan bapak sudah berbeda alam. Kami sudah tidak dapat bertemu. Saya tidak tau apakah disana bapak dapat melihat saya dan mama.
Dahulu saya suka sholat di akhir waktu, jarang melaksanakan sholat sunnah,jarang beramal, sangat boros, suka belanja yang tidak penting dan suka membuang-buang makanan. Sejak kepergian bapak, saya jadi lebih rajin sholat. Saya jadi sholat tepat waktu, sholat sunnah, rajin beramal, membaca Alquran dan berzikir, jarang belanja dan tidak membuang-buang makanan lagi.
Saya takut ketika ditanya malaikat, bagaimana saya menggunakan waktu saya di dunia? Bagaimana saya membelanjakan harta saya?
Sekarang saya lebih sering mengingat kematian. Saya sering berfikir, bagaimana akhir hidup saya? Apakah husnul khotimah atau shuul khotimah? Pasti setiap orang mengharapakan Husnul khotimah di akhir cerita hidupnya.
Saya juga tidak ingin menyimpan banyak harta benda, karena harta benda tidak dibawa mati. Lebih baik saya amalkan yang akan menjadi amal jariyah ketika saya sudah meninggal nanti.
Saya juga mulai meninggalkan traveling. Selain saya tidak ingin meninggalkan ibu saya sendiri di rumah, saya juga tidak ingin terlalu fokus mengejar dunia yang fana ini. Keindahan dunia ini tidak dapat saya bandingkan dengan keindahan surganya Allah. Sehingga saat ini saya lebih fokus mengejar akhirat, dimana kita kekal didalamnya.
Tentu keinginan itu terlalu tinggi untuk digapai oleh pendosa seperti saya. Oleh karena itu saya harus bekerja keras di dunia mengumpulkan pundi-pundi pahala agar memberatkan timbangan amal saya di Yaumil mizan.
Saya ingin dipertemukan kembali dengan ayah saya, kakak saya, dan keluarga saya yang lain.
Setiap selesai sholat saya selalu meminta di pertemukan kembali dengan mereka dan dikumpulkan kembali di surgaNya kelak..Amiin..Aku sangat menanti hari itu, hari dimana kami saling bertemu, berpelukan tidak ada lagi perpisahan,kesedihan dan air mata.